Selamat Datang

Thursday 24 October 2013

Cuplikan Novel When I First Met You, Cekidot!

Wah, udah nggak kerasa nih Novel When I First Met You sudah menginjak bulan ke 4 berada di toko-toko buku. Ada yang udah baca? Gimana seru nggak?
Nah buat yang belum, buruan beli! Nih, Mel kasih sedikit cuplikan-cuplikan dalam Novel When I First Met You. Disimak yak!

"Bukan. Tadi pas gue jalan kesini ada cewek lari-lari. Dia nginjek comberan, nah gue jalannya tadi buru-buru. Gue papasan sama dia, dan sialnua dia nginjak air comberan. Cipratannua kena celana hue yang manis," 
Gilang tersenyum, "Eit! Ternyata nasib lo ya, sob? Walaupun apes, tetep aja untung. Cantik nggak ceweknya?" Tanya Gilang sambil mencondongkan kepalanya ke arah Reihan.
Reihan mendorong kepala Gilang. "Erhh.. Mana sempat gue mau merhatiin itu? Hujan gitu! Lagian guenya juga kan tadi buru-buru jalannya!" Elak Reihan.
Tapi kemudian Reihan terbengong sesaat. Dia terbayang wajah gadis yang berpapasan dengannya tadi. Walaupun sebentar, dia masih ingat ekspresi berantakan itu. Dia pun tersenyum kecil.

***


"Cewek yang papasan sama gue waktu itu, yang bikin celana gue kotor, ya cewek itu tadi." lanjut Reihan.
"Cewek yang mana, Sob? Yang galak tadi?"
....
"Tapi lucu juga sih. Heran gue, kenapa gue ketemu cewek itu kok dalam keadaan sial terus ya?" Tanya Reihan terkekeh.


***


"Menunggu saudaranya ya, Mbak?" tanya Reihan lagi, mencoba mengakrabkan diri pada gadis disebelahnya itu.
Alesya menggeleng. "Bukan, saya lagi nungguin temen." Jawab Alesya lagi memaksakan senyumnya.
Reihan hanya mengangguk. Ia lalu menyondorkan tangannya. "Saya Rei, Mbak." Katanya pelan, namun terdengar kaku.
Alesya sedikit kaget, tapi dijabatnya juga tangan Reihan. "Alesya," jawabnya. "Panggil aja Alesya, nggak usah pake Mbak."
Reihan hanya tersenyum. "Oke deh Alesya nggak pake Mbak. Hehe. Jadi yang ditunggu ini temen, apa temen?" tanya Reihan menggoda.


***


Mama mengelus rambut Alesya. Sebagai seorang Ibu, Mama begitu mengerti. Mengerti bagaimana rasa sakit yang dirasakan anaknya. Tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa selain menenangkan dan menguatkan Alesya. Ini sebuah pelajaran untuk Alesya. Bahwa berani mencintai itu sama artinya berani merasakan sakit.

Yup! Itu tadi beberapa cuplikannya. Penasaran? Penasaran? Hayo buruan beli ke toko-toko buku terdekat ya! :D