Selamat Datang

Monday 21 November 2011

Novel Part 6 She is Different!


Vea dan Andan berjalan beriringan dijalan setapak yang ada ditaman itu. Mereka masih tersenyum-senyum mengingat kelakuan dua sahabatnya tadi.
“Ah! Akhirnya jadian juga mereka berdua.” Ucap Vea sambil menghela nafas panjang.
Andan tersenyum. “Trus kamu kapan jadiannya Ve?” tanya spontan.

Vea menoleh kearah Andan. Pertanyaan aneh fikirnya. “Jadian? Maksudnya?”
“Ya kapan kamu kayak Zerro sama Aisyah.” Ujar Andan lagi.
“O itu, nanti kalau ada yang mau sama aku.” Jawab Vea singkat.
Andan berhenti berjalan. “Bukannya banyak yang mau sama kamu Ve?”
“Oya? Siapa?” tanya Vea lagi.
“Loh kata Zerro. Si Aldo dulu pernah ngejar-ngejar kamu.” Sambung Andan.
Vea hanya tersnyum lalu menatap Andan. “Apa orang kayak gitu bisa dibilang mau sama aku? Itu namanya maniak tau!” Ujar Vea.
“Maniak??” Tanya Andan heran.
“Iya! Maniak. Psikopat. Gue nggak suka banget cowo kayak gitu. Kayak nggak ada harga diri aja ngejar-ngejar cewe ampe segitunya. Udah jelas-jelas ditolak masih aja.” Jawab Vea.
Andan hanya manggut-manggut. “Dia gitukan usaha Ve buat deketin kamu. Bukannya berarti maniak  donk!”
“Iya usaha yang nggak pantes banget dihargai. Dia fikir melihat semua kekayaannya itu aku akan mau sama dia?? Nggak sama sekali. Dia terlalu rendah menilai aku. Makanya aku nggak suka.” Jelas Vea lagi.
Andan makin heran. “Rendah gimana maksudnya Ve?”
“Iya, dia nunjukin semua harta bendanya yang nggak penting banget itu. Emangnya semua cewe bakalan mempan apa sama kemewahan itu. Cewe lain mungkin iya. Tapi aku nggak! Aku lebih menghargai cowo yang bener-bener berusaha sendiri. Yang nggak bergantung sama orang tuanya. Yang dibanggainnya itu kan milik orang tuanya bukan miliknya dia. Coba kalau dia disuruh berusaha dapetin itu semuanya sendiri aku yakin belum tentu dia bisa.” Ujar Vea lagi.
“O.. gitu ya? Tapi ya gimana namanya mereka yang seperti itu. Mereka kan pasti dapat apapun tanpa mereka harus usaha. Untuk apa tuh uang orang tuanya yang segitu banyak kalau nggak buat anaknya.” Bela Andan.
Vea menggeleng. Lalu menatap lurus kedepan. “Memang, tapi kalau memang anaknya mikir. Kekayaan orang tuanya itu kan nggak selamanya. Gimana kalau tiba-tiba mereka jatuh miskin atau nggak punya apa-apa lagi. Apa bisa mereka bertahan? Kalau kita nggak belajar berusaha dari sekarang gimana nasibnya kita kedepan? Mau terus-terus bergantung sama orang tua? Kalau aku. Nggak! Aku nggak mau nyusahin mereka. Walaupun orang tua aku konglomerat aku akan tetap berusaha untuk belajar nyari uang sendiri. Suatu saat nanti kalau bisa aku yang akan biayain hidup mereka jangan mereka terus yang biayain hidup aku.” Jelas Vea panjang lebar.
Andan yang menyimak ucapan Vea terkesima. Dia aja yang anak konglomerat nggak pernah berfikir kayak gitu. Iya ya, kalau suatu saat nanti tiba-tiba Papanya jatuh miskin apa bisa dia bertahan sedangkan selama ini hidupnya selalu dimanjakan dengan kekayaan. Semua yang dia butuhkan ada. Tanpa harus bersusah payah dapetinnya. Andan makin terpesona dengan cewe dihadapannya ini. Cewe ini bener-bener berbeda.
Andan menarik nafas panjang. “Kamu emang berbeda ya Ve!” Ujarnya tiba-tiba sambil menundukkan kepalanya memandangi kakinya.
Vea yang mendengar ucapan Andan langsung melihat kearah Andan. “Berbeda? Haha. Ada-ada aja kamu, Dan. Berbeda apanya?”
“Iya cara kamu, pola fikir kamu, semuanya. Kamu sangat-sangat berbeda dari cewe-cewe yang kebanyakan aku kenal.” Jawab Andan.
“Emang udah berapa banyak kamu kenal sama cewe? Pasti baru satu dua kan? Banyak kok cewe yang berfikiran kayak aku ini.” Ujar Vea sambil tersenyum.
Andan malah ikutan tersenyum mendengar jawaban Vea. Vea salah kalau mengatakan Andan baru bertemu cewe satu dua. Selama ini udah nggak kehitung berapa mantan-mantannya. Berapa banyak cewe-cewe yang deketin dia. Tapi nggak ada yang seperti Vea. Sama sekali nggak ada. Vea Lovisya benar-benar cewe bebeda. Ucap Andan dalam hatinya.
“Eh Dan! Tadi kalian belum bayar uang baksonya!” Kata Vea mengagetkan Andan.
Andan bingung. Bengong sebentar. Bukan kerena dia nggak punya uang buat bayarin itu bakso. Masalahnya sekarang Andan nggak punya uang dikantongnya. Diakan lagi pake baju dan celananya Zerro. Dan dompetnya tadi juga ditinggalin dikamar Zerro.
“Jangan bilang mau ngutang lagi.” Ujar Vea dengan nada menggoda. “Utang kamu yang waktu itu aja belum dibayar.” Kata Vea lagi lalu tertawa kecil.
Andan makin bengong. Inget aja sama utang nih cewe fikirnya. Lalu dia mikir sebentar. “Eh Ve, kamu belum mau pulangkan. Aku balik ketempat Zerro dulu ikut aku aja buat ngambil uangnya.” Ajaknya.
Vea Cuma mengangguk setuju. Lalu mereka berdua berjalan. Menuju rumah Zerro. Sampai disana mereka melihat Zerro lagi asyik-asyiknya ngobrol dengan Aisyah. Mereka berdua berhenti ngobrol ketika melihat Vea dan Andan datang.
“Eh bro! dari mana aja kalian?” tanya Zerro
Andan hanya tersenyum. Nggak jawab pertanyaan Zerro. Langsung masuk kedalam rumah Zerro menuju kamar Zerro. Tak berapa lama keluar lagi. Sambil membawa uang.
“Ini uang untuk bayar baksonya.” Kata Andan kepada Vea. “Tapi aku belum bisa bayar hutang yang waktu itu. Aku belum punya uang sendiri untuk bayarnya.” Lanjut Andan lagi.
Vea hanya tersenyum mendengar ucapan Andan. Tapi Aisyah dan Zerro bingung mendengar percakapan kedua sahabatnya itu. Ada hutang apakah antara Andan dan Vea? Selama ini Andan nggak pernah deh ngutang-ngutang fikir Zerro. Dan Vea juga nggak pernah tuh main hutang-hutangan fikir Aisyah. Zerro dan Aisyah pun berpandangan. Bingung.

No comments:

Post a Comment