Selamat Datang

Tuesday 25 October 2011

Novel Part 2 BOLA KERTAS

“O.. gitu ceritanya.” Ucap Zerro sambil manggut-manggut. Setelah mendengar cerita Andan panjang lebar akhirnya Zerro mengerti kenapa Andan kesekolah naik angkot dan kenapa Andan pake handphone butut itu. Dan kenapa Andan juga pindah sekolah tentunya.
“Trus, lo dapet barang-barang itu dari mana?” Tanya Zerro lagi.
“Gue suruh Bi Surti nyariinnya dipasar loakkan. Syukur dapat semua. Hehe.” Jawab Andan ringan.
“Heuu! Pantes gue perhatiin lo lusuh banget kayak anak tukang bakso yang suka mangkal didepan gerbang komplek. Orang-orang juga nggak akan ngira lo itu anaknya Hadi Gunssmsmmsmsmsmmsmssmsmzzzmzm..” Ucapan Zerro terputus lantaran mulutnya dibekap sama Andan.

“Lo bisa nggak, nggak usah nyebut nama bokap gue disini??” Tatapan Andan tajam kearah Zerro. Sambil membekap mulut Zerro.
Andan melepaskan bekappannya ketika Zerro mengangkat telunjuk dan jari tengahnya. “Maaf deh! Gue keceplosan!” Ucap Zerro setelah mulutnya dilepas.
“Sekali lagi lo ngomong gitu! Gue jahit mulut lo!” Ancam Andan.
“Tega lo.. sama sahabat ndiri. Iya janji deh gue nggak bakal ngomong soal itu lagi. Suer tekewer-kewer deh Andan Ganteng.” Rayu Zerro sambil mengedip-ngedipkan matanya lucu.
“Najis tau nggak gue liat lo kayak gitu!” Jawab Andan lalu tertawa.
Mereka tertawa terpingkal-pingkal sambil berjalan. Andan memang nggak pernah tahan jika Zerro sudah melucon. Zerro memang lucu. Lalu mereka berlari berkejaran dikoridor sekolah. Seperti anak kecil yang baru ketemu teman main. Andan berlari mengejar Zerro sambil melempar bola-bola kertas kearahnya.
Andan melempar bola kertas yang terkahir dan yang paling besar. Bola kertas itu melewati Zerro yang mengelak sambil menduduk. Lalu bola kertas itu melayang terus berputar-putar kearah seorang cewe. Yang berjalan sambil membaca buku. Tapi dengan singgap cewe itu mengangkat kepalanya lalu menenglengkan kepalanya kesebelah kanan. Dan bola kertas itu melewati kepala si cewe dan kemudian mendarat mulus kelantai.
Andan bengong. Zerro takjub melihat si cewe yang dengan tangkasnya sepersekian detik bisa mengelak bola kertas itu. Zerro jadi teringat adengan slowmotion disebuah film, saat si penjahat menembak si pahlawan. Lalu si pahlawan mengelak peluru yang menuju kearahnya dalam gerakkan slowmotion yang keren abis.
Zerro yang masih menunduk langsung berdiri tegap. Dia kenal cewe itu. Andan Lalu mendekati Zerro. Mau meminta maaf pada si cewe. Tapi keduluan Zerro yang kemudian sambil membungkukkan badannya berkali-kali meminta maaf sama itu cewe. Kemudian menarik tangan Andan pergi.
Andan masih terbengong-bengong ketika Zerro menarik tangannya lalu menuju kelas mereka. Kebetulan mereka memang satu kelas jadi nggak susah payah Zerro menarik Andan menjauhi itu cewe.
“Lo kenapa si Zer?? Kayak takut banget sama itu cewe?” tannya Andan setelah mereka duduk dibangku kelas.
“Gue bukannya takut. Tapi gue sungkan sama itu cewe.” Jawab Zerro.
“Emangnya itu cewe siapa?” Balas Andan.
“Lo nggak kenal??” Tanya Zerro. Andan menggeleng. “Serius lo nggak tau??” Tanya Zerro lagi tambah heran.
“Serius, dodol. Mana gue tau! Orang gue baru masuk juga hari ini. Jadi mana gue tau sama itu cewe!” Jawab Andan judes.
“Lo pernah baca koran yang anak SMA lama lo masuk kantor polisi dengan wajah babak belur karena menggoda seorang cewe??” Tanya Zerro lagi dengan wajah blo’on.
Andan makin gemes dengan Zerro bukannya pertanyaanya Andan dijawab malah balik nannya mulu. “Itu sih, gue nggak perlu baca koran. Satu sekolahan gue juga tau!” Jawab Andan penuh emosi.
“Nah, masa lo nggak tau cewe yang digoda itu siapa?!” Zerro bertannya lagi.
Andan makin gemes. Dipitingnya kepala Zerro. Sampai Zerro mengaduh-ngaduh. Andan pun berhenti ketika Zerro meminta ampun.
“Lo Jawab ajah deh cewe itu SI-A-PA??” Kata Andan tegas.
“Lo jahat banget sih?? Sakit tau kepala gue! Cewe itu Vea Lovisya. Sahabat baiknya Aisyah Fatimah yang cantik dan anggun itu.” Jawab Zerro yang mengelus-ngelus kepalanya lalu kemudian berpangku tangan sambil pandangannya menerawang kelangit-langit kelas saat dia mengucapkan nama terakhir. Aisyah Fatimah.
Andan mencium bau-bau cinta ketika sahabatnya mengatakan nama terakhir itu. Dia tersenyum lalu bertannya lagi. “Lah trus? Apa hubungannya si Vea sama anak yang masuk kantor polisi itu?”
“Ya Allah.. nasib gue sial amat punya sahabat beloon bener.” Ujar Zerro yang berhenti menatap langit-langit lalu kemudian menatap wajah sahabatnya itu. “Vea itu yang bikin anak-anak itu kena bogem mentah.”
“Gimana ceritanya??” tanya Andan lagi.
“Makanya! Kalau ada berita itu jangan cuma didenger sekilas tapi dibaca, diliat, direnungi!” Kata Zerro lalu menjitak kepala Andan.
“Ya kan gue fikir itu bukan berita penting. Biasa ajah kali kalo ada anak-anak yang ngegoda cewe. Trus mungkin cewe itu ngadu sama bapaknya, trus si bapak nemuin cowo-cowo yang ngegodain anaknya lalu menghajar mereka dan melaporkan mereka kekantor polisi.” Jawab Andan panjang lebar dengan tampang culunnya.
“Ye!! Ini sih ceritannya lain bro. Gini. Lo inget kan yang gue bilang anak tukang bakso yang suka mangkal didepan gerbang komplek itu? Yang gue ceritain tadi? Nah anaknnya itu ya si Vea itu.” Kata Zerro sambil masang wajah serius
“Lah trus? Apa hubungannya tukang bakso bapaknya si Vea sama cerita awal tadi.” Tanya Andan lagi.
“Makanya kalau gue ngomong tu jangan dipepet dulu. Dodol!” Ucap Zerro lalu menjitak kepala Andan lagi. Andan hanya mengelus-ngelus kepalanya yang sakit. “Nah, gini ceritannya.” Lanjut Zerro.
“Waktu itu, si Vea sama bapaknya lagi mangkal tu didekat komplek. Si Aisyah datang nyamperin. Mereka berdua udah janjian buat belajar bareng. Jadi si Vea pulang duluan tuh sama Aisyah kerumah. Diperjalanan pulang, mereka jalan kaki tu kan ya. Nah lewat lah mobil anak-anak sialan itu. Lalu menggoda mereka berdua. Ampe acara turun dari mobil trus nyegat mereka berdua. Sialnya mereka nggak tahu kalo ternyata si Vea itu adalah si Vea yang jago pencak silat. Sabuk hitam malah. Pemenang juara satu pencak silat putri tingkat SMA se provinsi. Habis deh anak-anak itu ditangan Vea. Dan tau nggak? Vea juga yang menyeret mereka kekantor polisi. Saking kerennya itu si Vea. Dia masukin itu anak-anak berlima kejok belakang mobil mereka bertumpuk-tumpuk kayak ikan sarden. Lalu si Vea nyetir tu mobil dan melaju cepat kayak lagi dilintasan balap. Ampe Aisyah yang ikut didalamnya ikutan sepot jantung. Sampe di kantor polisi. Bapak polisinya pada bengong, kok muka tersangka kayak habis kena siksa. Hahaha” Cerita Zerro panjang lebar dan kemudian tertawa.
Andan yang memperhatikan Zerro bercerita manggut-manggut. Mengerti sekarang kenapa Zerro sungkan sama itu anak cewe satu. Tapi yang sekarang difikiran Andan bukan kehebatannya, dalam benaknya kayak diflashback kekejadian pelemparan bola kertas tadi. Eits, yang dibenaknya Andan bukannya seperti bayangan Zerro waktu bola kertas itu melayang lalu si cewe mengelak itu bola kertas dengan menenglengkan kepalanya dan kemudian bola kertas itu mendarat mulus kelantai kayak adengan film tadi.
Tapi yang ada difikiran Andan adalah tepat saat si cewe menenglengkan kepalanya kekanan, menghindari bola kertas itu. Saat itu, saat mata cantik tapi tajam itu menatap lurus kearah Andan tanpa ekspresi. Sepersekian detiknya Andan bisa merasakan jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Hanya karena satu tatapan mata cantik itu. Dan dia tahu siapa si pemilik mata cantik itu sekarang. Vea Lovisya.
Namun ada juga pertanyaan lain dalam benak Andan. Yang tiba-tiba muncul. “Eh Zer, ngomong-ngomong lo kok tau kronologis kejadian cerita itu sih? Kayaknya pas dikoran nggak kayak gitu deh ceritannya.”
Zerro menatap Andan. “Kan gue saksi matanya!”

No comments:

Post a Comment