Selamat Datang

Wednesday 26 October 2011

Novel Part 4 UKS


Andan duduk diam di tempat tidur yang ada diruang UKS. Dia hanya memperhatikan Vea yang bergerak mengambil kapas dan beberapa obat. Tanpa Andan sadari dia suka sekali melihat Vea bergerak. Sangat suka.
Vea berdiri dihadapan Andan. Dia nggak bisa duduk dikursi. Karena kalau duduk dia pasti nggak bisa menjangkau kepala Andan. Berdiri begini saja tingginya hampir sama dengan tinggi Andan yang sedang duduk. Tapi kalau berdiri dia bisa leluasa melihat kepala Andan. Andan nggak sadar bahwa kepalanya sedikit tergores dan lecet. Mungkin karena banyak banget yang menyapa itu kepala hari ini kali ya.
“Udah.” Ujar Vea setelah selesai mengobati kepala Andan.
Andan hanya terus menatap wajah Vea. Nggak tahu kenapa rasanya dia ingin berlama-lama diobati oleh Vea. Rasanya kenapa lukanya nggak lebih besar lagi aja biar Vea bisa ngobatinnya lebih lama. Tapi kalau lukanya lebih besar yang ada bukannya Vea yang ngobatin malah dokter donk.
Vea menatap mata Andan. “Ada yang salah ya sama aku?” Sambil menenglengkan kepalanya kesamping kanan. Persis seperti ketika dia mengelak bola kertas itu.
Yang ditanya diam. Nggak ngejawab apapun. Terpesona.

“Hello!! Andan??” Ucap Vea.
Andan terkaget ketika namanya disebut Vea. “Kok lo tau nama gue?”
“Di Name tag kamu jelas ANDAN NUGRAHA.” Jawab Vea tegas. “Oke, udah selesai. Aku mau kekelas. Bel udah dari tadi berbunyi. Dan sebenarnya aku pasti sudah nggak diizini masuk sama Pak Heru.” Ujar Vea lebih kedirinya sendiri.
“Ya udah dari pada nggak masuk mendingan nemenin gue ajah disini.” Kata Andan tenang. Masih sambil menatap Vea.
Vea menatap Andan balik. “Nemenin kamu? Emm.. boleh deh. Tapi ada syaratnya.”
“Apa?” tanya Andan polos.
“Perdetik waktu yang aku lewati buat nemenin kamu harganya 500. Murah kan?” Ujar Vea sambil memasang senyum manisnya.
Andan bengong mendengar ucapan Vea. Lalu tiba-tiba Andan seperti orang tolol menghitung dengan menggunakan jari-jarinya. Vea yang melihatnya hanya tertawa. Melihat Vea tertawa Andan behenti berhitung. Entah kenapa dia sangat terpesona pada setiap hal yang ada sama cewe yang dihadapannya ini. Semuannya Andan suka.
 “Bener ya kata temen-temen kamu itu udah cupu, culun ternyata beloon juga.” Kata Vea sambil ketawa. “Kebanyakan temenan sama Zerro sih kamu.” Lanjut Vea lagi.
Andan hanya tersenyum. “Gimanapun Zerro dia sahabat terbaik yang pernah aku punya.” Jawabnya lugas.
“Iya, iya. Aku tau kok. Zerro emang baik. Makanya si Aisyah jatuh hati sama dia. Walaupun punya tampang lumayan dan rada sableng. Zerro emang sangat menyenangkan suka melucu dan suka bergaul sama siapa aja.” Kata Vea sambil tersnyum.
“Kok lo kayak kenal banget sama Zerro? Kalau lo kenal sama Zerro kok dia keliatan takut banget ya Ve sama lo?” Tanya Andan.
“Eh kamu kok manggil Ve? Nama aku tu Vea bukan Ve. Oya, Zerro itu mungkin masih rada takut karena lihat kebringasan aku waktu itu. Trus aku pernah juga ngancem dia kalau macem-macem sama si Aisyah. Dan aku tau tentang Zerro siapa lagi kalau nggak dari Aisyah. Syukur sekarang mereka baik-baik aja.” Cerita Vea lagi.
“Eh, iya deh VEA. Tapi nggak papa kan aku aja yang manggil kamu beda. Oya kenapa sih kamu kok ngomongnya ‘aku-kamu’ jadi ikutankan akunya. Eh, maksud gue, guenya. Oya emang Zerro sama Aisyah udah jadian ya?” Ujar Andan lugu.
Vea kembali tertawa melihat tingkah Andan. Dia baru pertama kali mendengar seorang cowo berucap segitu culunnya. Vea yakin kalau Andan nggak begini tampilannya pasti semua cewe udah pada kelepek-kelepek. Sebagai cewe yang suka olahraga Vea bisa lihat bahwa Andan adalah cowo yang suka menjaga kebugaran tubuhnya. Tanpa Andan sadari Vea juga terus memperhatikan Andan. Vea merasa ada yang tersembunyi dari cowo culun itu. Tapi dia nggak tahu apa.
“Hei Ve-a! kamu belum jawab pertanyaan aku. Kok malah bengong?” Kata Andan saat melihat Vea menatap kosong.
“Ah nggak, aku nggak bengong. Aku lebih suka aja ngomong ‘aku-kamu’ terdengar lebih sopan aja. Ok deh terserah kamu mau manggil aku gimana. Tapi Cuma kamu loh yang aku izini manggil aku gitu. Aisyah aja manggil aku Vea. Heumm soal Zerro sama Aisyah jadian or nggak aku juga kurang tau. Tapi yang pasti mereka berdua deket banget. Tapi aku belum pernah dengar juga kalau Zerro pernah nyatain cintanya ke Aisyah.” Jelas Vea.
“Loh kok gitu? Jadi sampe sekang Zerro belum ngomong apapun sama Aisyah?” tanya Andan.
“Heumm. Kayaknya belum.” Jawab Vea singkat.
“Wah itu anak kelewatan. Ngomong-ngomong udah berapa lama si Zerro deketin Aisyah?” Tanya Andan lagi.
“Udah dari kita kelas satu. Pas mereka dipasangin jadi ibu RT sama pak RT waktu MOS.” Jawab Vea lagi.
“Wah bearti udah setaun lebih donk. Gila kali tu Zerro masa selama itu nggak ngomong-ngomong juga.” Kata Andan.
“Sebenarnya Zerro nggak perlu ngomong juga Aisyah sudah bisa ngertiin perasannya Zerro kok Andan.” Jelas Vea.
“Kamu tu ya Ve kayak formal banget manggilnya. Panggil aja Dan. Tapi, gimana bisa ngerti kalau nggak diomongin?” Ujar Andan penuh tannya.
Vea tersenyum lalu menatap Andan. “Sama semua sikap Zerro selama setahun ini ke Aisyah apa nggak cukup buat Aisyah mengartikan perasaan Zerro ke Aisyah? Kalau waktu itu Zerro nggak ada aku juga nggak bisa ngelawan anak-anak kurang ajar itu semuanya. aku juga nggak bisa kayak Zerro yang menenangkan Aisyah waktu Aisyah masih syok. Apa sikap itu nggak cukup mengungkapkan isi hati Zerro?” Tanya Vea balik.
“Ou, pantes si Zerro tahu banget kronologis kejadiannya. Ternyata dia bukan hanya saksi mata tapi juga pahlawan dalam kejadian itu.” Ujar Andan sambil tersenyum.
Tak lama mereka mengobrol bel pergantian jam berbunyi. Vea bangkit dari tempat duduknya. “Oke, aku mau masuk dulu. Makasih udah ngobrol banyak tadi.” Ucap Vea sopan.
“Ya sama-sama. Kalau nggak ada kamu kayaknya aku bakalan bosen setengah mati disini.” Jawab Andan.
“Bosen aja kali, Dan. Nggak ampe mati. Oya ngomong-ngomong kamu punya hutang sama aku.” Kata Vea mengagetkan Andan.
Andan yang heranpun bertanya. “Hutang apaan?”
“Lupa ya? Total hutang kamu 1.350.000.” Kata Vea lagi sambil tersenyum.
“Haduh banyak banget? Emang hutang apaan Ve?” tanya Andan lagi.
“Hutang persekian detik nemenin kamu.” Ujar Vea lalu beranjak pergi.
Andan hanya tersenyum. Lalu keluar menyusul Vea. “Hei Ve!” Vea berbalik mendengar teriakkan Andan. “Aku nggak mesti bayarnya pake uang kan?? Aku nggak punya uang sebanyak itu.” teriak Andan.
Vea tersenyum, menatap Andan dari jauh. “Pokoknya kamu harus bayar. Nggak mesti pake uang. Yang penting kamu harus berusaha ngebayarnya.” Jawab Vea lalu berbalik lagi berjalan menjauhi UKS menuju kelasnya.
Dibelakang Vea, Andan terlonjak-lonjak kegirangan. Dia bahagia banget hari itu.

No comments:

Post a Comment