Selamat Datang

Tuesday 25 October 2011

Novel Part 3 Beautiful Eyes VS Sweet Smile

Andan memasuki ruangan perpustakaan. Dia pusing nyariin Zerro nggak ketemu-ketemu. Jadi akhirnya memutuskan untuk keperpustakaan, niatnya mau pinjam buku buat ngerjain PR Fisika. Atau nggak, ngerjai itu PR diperpus.
Andan menelusuri rak-rak buku yang berjejer rapi. Perpustakaan lumayan sepi hari itu. Hanya ada beberapa siswa yang duduk sambil tepekur membaca buku. Suasana disini benar-benar sunyi. Kalau ada yang berisik sedikit aja pasti deh langsung dilempar apa ajah sama petugas perpustakaannya. Udah terang-terangan terpampang tulisan besar-besar DILARANG BERISIK. Jadi kalau masih saja ada yang berisik itu sangat tidak taat peraturan namanya. Seperti Andan hari ini yang bener-bener nyari ribut sama si Bapak petugas.
Baru juga mau narik satu buku. E, tiba-tiba buku lainnya ketarik dan berjatuhan kelantai menibulkan bunyi bak buk yang sangat tidak menyenangkan. Semua mata tertuju pada Andan. Termasuk mata si Bapak petugas perpustakaan. Sambil menurunkan sedikit kacamatanya. Si Bapak memandang Andan tajam. Yang dipandang salah tingkah. Lalu Andan membetulkan kembali buku-buku itu, merapikannya ketempat semula. Lalu berjalan kearah rak lain.

Andan berjalan perlahan. Sambil matanya menelusuri judul-judul buku yang tertera. Sampai akhirnya dia menemukan buku Fisika yang diinginkannya. Lalu Andan menarik buku itu namun disaat bersamaan seorang cewe juga menarik buku yang sama. Cewe itu menatap dari arah berlawanan dengan Andan. Dia lalu tersenyum melihat Andan. Melepaskan buku itu agar bisa diambil oleh Andan. Cewe itu Vea. Vea Lovisya.


Lalu Vea beranjak dari tempatnya meninggalkan Andan yang masih terpukau oleh senyumnya. Tapi Andan segera sadar lalu berlari kecil menyusul Vea. Tapi nasib malang. Dia Jatuh terjungkal lantai yang tidak rata. Alhasil bunyi gedebuk yang lebih keras terdengar. Tepat setelah Andan jatuh sebuah pena melayang kekepala Andan.
“Kalau kamu selesai nyari kodoknya! Lebih baik kamu keluar dari ruangan ini!” Bentak si Bapak penjaga tegas.
Andan langsung ciut. Dia mengambil buku yang tercecer. Sambil sedikit merangkak. Setelah itu dia mengakat kepalanya ketika sebuah tangan terulur. Betapa senang Andan ketika yang mengulurkan tangan itu adalah Vea.
Andan kemudian menjulurkan tangannya yang kosong untuk disambut oleh Vea. Tapi, Vea malah menjulurkan tangannya kearah bawah. Kearah tangan Andan yang memegang buku.
“Kalau kamu nggak jadi minjem bukunya. Saya aja yang pinjem bukunya ya.” Ucap Vea pelan sambil mengambil buku itu dari tangan Andan. Lalu tersenyum lagi.
Tak terbayang betapa merah padamnya muka Andan waktu itu. Malu banget. Dia salah sangka. Dikira Vea mau bantuin dia. Ternyata Vea malah mau ngambil bukunya. Sambil bersungut-sungut kesal Andan berjalan keluar perpusatakaan. Kepalanya masih sakit kena pena tadi. Tapi hatinya lebih sakit lagi karena malu. Nggak kebayang gimana jadinya kalau ketemu Vea lagi nanti.
Zerro melihat Andan dari jauh. Lalu sengaja mengagetkan sahabatnya itu. “Hai My Bro!!”
Andan tak tampak kaget. Dia terus mengusap-ngusapkan kepalanya. “Dari mana aja lo??” Tanyanya.
“Gue? Dari….” Zerro kemudian malu-malu mengucapkannya.
“Udah deh nggak usah belagak kecentilan gitu. Jawab aja kenapa sih?” Kata Andan lagi kesal.
“Gue dari tempat Aisyah tadi gue janjian buat diajari Fisika. Si Aisyah kan juara olimpiade Fisika, Bro.” Jawab Zerro senang.
“Heummm. Pantes gue cari kemana-mana nggak ketemu. Dan pantes juga gue ketemu si Vea diperpus. Ternyata sahabatnya lagi disabotase sama lo!”
Zerro tertawa mendengar kata-kata Andan. Tapi kemudian dia memperhatikan kepala Andan yang merah. “Kenapa kepala lo bro?”
“Ditimpa buku, kejeduk lantai, kena lempar pena!” Jawab Andan lugas.
Zerro terpingkal-pingkal. “Hahaha. Cerita sama gue ada kejadian apa ampe lo ketiban sial kayak gitu?”
“Kejadian yang kelewat seru. Tatapan cantik versus Senyuman Manis.” Jawab Andan setengah kesal campur senang.
“Trus yang menang siapa??” Tanya Zerro.
“Jangan tanya yang menang. Tanya yang kalah donk!” Kata Andan sewot.
“Oke, oke. Yang kalah siapa sahabat ku yang ganteng?” Ucap Zerro pelan dengan nada menggoda.
“Yang kalah Andan Nugraha!” Bentak Andan lalu berjalan mendahului Zerro.
Zerro mengejar Andan. “Lah kok bisa??”
“Panjang ceritannya.” Jawab Andan singkat.
###
Zerro masih cekikikan ketika Andan bersunggut-sunggut meninggalkan Zerro sendirian dibangku lapangan basket itu. Gimana nggak cekikikan waktu Andan cerita kronologis kejadian diperpustakaan.
Zerro mengejar Andan. Menjejeri langkahnya Andan yang melangkah memutari lapangan bola basket menuju kelas mereka.
“Salah lo sih Dan! Coba lo nggak berpenampilan kayak gini. Nggak lusuh, nggak pake kacamata butut dan handphone butut. Pasti Vea mau nolongin lo. Kalau ajah dia tau lo Anak siapa pasti nggak sungkan-sungkan dia ngbantuin lo berdiri.” Ujar Zerro sambil cekikikan.
“Ya, yah. Belum tentu juga tau Vea kayak gitu. Mungkin dia emang nggak suka kali bersentuhan dengan cowo. Makanya dia nggak mau megang tanggan gue.” Elak Andan.
“Hahaha. Nggak mungkin. Tapi lo ada benernya. Vea emang nggak kayak gitu. Gue denger dari Aisyah, Vea emang nggak pernah deket sama cowo. Dulu pernah si Aldo kakak tingkat kita yang keren abis, yang selalu bawa jaguarnya kesekolah. Tapi apa, nggak mempan sama sekali tuh sama si Vea. Sedikit pun Vea nggak bergeming sama itu cowo. Walaupun dikasih seribu bunga mawar. Dikasih kado ultah berlian. Yang ada si Aldo ditolak mentah-mentah sama Vea. Bayangin aja kalo dia nerima berlian itu, mungkin bapaknya si Vea nggak mesti jualan bakso terus kali ya. Hahaaha.” Cerita Zerro panjang lebar.
Andan hanya terbengong mendengar cerita sahabatnya itu. Tiba-tiba perasaan yakin begitu kuat muncul dihatinya. Vea, cewe ini pasti sangat berbeda dari cewe-cewe yang selama ini dikenalnya.
Saat terbengong-bengong inilah tanpa sadar sebuah bola basket menyapa kepala Andan dengan keras. Spontan Andan terhuyung kebelakang. Untung Zerro dengan singgap menahannya. Kalau nggak udah terjerembab lagi Andan ketanah. Andan berbalik ketika dia berdiri. Diambilnya bola basket itu dengan kesal.
“Siapa sih ngelempar nih bola sembarangan!! Dikira kepala gue ring basket apa!!” Teriak Andan.
“Sorry, tadi gue yang ngelempar bolanya. Nggak sengaja.” Jawab suara lembut itu dari belakang Andan.
Andan menoleh. Baru saja dia ingin memarahi pelempar bola itu tapi diurungkannya. Kini cewe itu menatap Andan sendu. Lalu menjangkau kepala Andan yang terkena bola tadi. Cewe itu sedikit berjinjit ketika mau melihat kepala Andan karena tinggi Andan jauh diatasnya. Andan spontan sedikit menunduk.
Vea tersenyum. “Sakit ya?” Tanyanya lembut. Yang ditanya menggeleng-gelengkan kepala kayak anak kecil. “Ikut aku ke UKS yah?” Ujar Vea lagi. Yang ditanya cuma manggut-manggut.
Zerro nggak berhenti tertawa melihat tingkah Andan yang kayak orang autis. Lalu berkata saat Vea berbalik berjalan mendahului mereka. “Kalah lagi lo bro! Haha”
“Gue kalah seumur hidup gue juga nggak apa-apa.” Jawab Andan sambil tersenyum menatap punggung Vea. Lalu memberi bola itu kepada Zerro dan berjalan menuju UKS mengiringi Vea.

No comments:

Post a Comment